Waktu kuliah dulu saya punya teman yang pandai dan memiliki
wawasan dunia bisnis yang lumayan. Ide-ide rencana usaha yang muncul dari
pemikirannya sangat cemerlang. Selalu saja, ide-ide itu adalah ide bisnis yang
menarik, prospektif, dan berpeluang besar untuk digarap. Semua teman kuliah
berdecak kagum dengan lontaran ide-idenya.
Tetapi ide-ide itu tinggal ide saja. Sampai hari ini belum
ada satu pun bisnis yang pernah dijalankannya. Malahan, terakhir saya ketemu
dia, berstatus karyawan sebuah perusahaan publik di Jakarta. Dia memang terlalu
pandai untuk merencanakan sebuah usaha sekaligus terlalu takut untuk memulai.
Ada juga mahasiswa yang pernah datang pada saya. Dia
menyatakan ingin berwirausaha, kemudian dia mengatakan, bahwa dirinya belum
punya modal dan tidak begitu pandai. Saya katakan pada dia: “Kebetulan!”
Kemudian saya katakan lagi: “Jangan takut, karena modal utama untuk memulai
bisnis adalah keberanian.”
Mengapa saya katakan seperti itu? Sebab, biasanya kalau
terlalu pinter itu malah terlalu berhitung. Orang yang tahu banyak hal, maka
dia akan tahu banyak risiko dan halangan di depannya. Hal itu menurut saya
justru akan menciutkan nyalinya.
Saya malah pernah bilang pada seorang sarjana yang ingin
berwirausaha. Saya katakan: “Sekarang, abaikan ijazahmu. Buatlah dirimu
seolah-olah tidak punya apa-apa, kecuali semangat dan keinginan yang kuat.”
Saya teruskan: “Mulailah berwirausaha justru pada saat Anda
tidak punya apa-apa. Saat Anda merasa tertekan. Saat Anda tidak dapat berbuat
apa-apa dengan ijazah Anda. Saat Anda kebingungan karena harus bayar kredit
rumah. Atau pada saat Anda merasa terhina.”
Memang nasehat saya ini agak berbeda dengan kebanyakan
orang. Biasanya orang menyarankan, kalau mau usaha sebaiknya mengumpulkan modal
dulu, kemudian cari tempat dan seterusnya. Tetapi, banyak orang sukses sebagai
wirausahawan justru dimulai dari sebaliknya, hanya punya semangat dan tidak
punya apa-apa. Kondisi yang ada memaksa mereka harus “bermimpi” tentang masa
depannya, kemudian tertantang untuk menggapainya, dan berusaha keras untuk
mewujudkannya.
Anda tentu tahu atau paling tidak pernah mendengar nama
Steve Jobs. sebelumnya dia bukan siapa-siapa. Jobs hanyalah anak muda yang
gemar bercelana jeans belel dan berkantong kempes. Belakangan, dia membuat
Apple Computer di garasi rumahnya, dan mendirikan perusahaan yang masuk Fortune
500 lebih cepat dari siapapun sepanjang sejarah.
Jobs adalah contoh orang yang berhasil dalam berwirausaha,
justru bukan karena kepandaiannya di bangku kuliah. Tapi, karena ia memiliki
keberanian dan keyakinan akan usaha yang digelutinya. Dia mampu bertindak
merealisasi gagasannya dengan meninggalkan lingkungan kuliah dan teman-temannya
yang suka berhura-hura.
Tapi, saya tidak menyarankan Anda untuk mengabaikan
pendidikan. Hanya saja, saya ingin mengatakan, bahwa untuk menjadi wirausahawan
terlebih dahulu dibutuhkan keberanian memulai (bertindak), untuk memanfaatkan
peluang bisnis yang ada. Hal tersebut harus segera dilakukan, sebelum orang
lain mendahuluinya. Kepandaian akademis akan diperlukan bila usaha kita sudah
berjalan, dan itu bisa kita dapatkan dengan mengikuti kuliah lagi, atau kita
bisa membayar orang-orang pandai sebagai karyawan atau konsultan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar