Rabu, 18 November 2015

Rabu, 10 Desember 2014

OPINI Revolusi Pendidikan Organisasi Universitas Gunung Leuser Kutacane

Apa tidak lebih baik, tata pemerintahan mahasiswa ugl diperbaiki terlebih dahulu. Serti mpm, dpm, kpu (kipma) dan ad/art dibuat dulu dan baru diadakan pemilihan presiden mahasiswa.
Solusi dari aku sih untuk membentuk dpm, mpm serta kpu harus ditunjuk semacam MPMS (majelis permusyawaratan mahasiswa sementar) yang nantinya akan menjadi "embrio" bagi pemerintahan mahasiswa itu sendiri.
adapun tugas dari MPMS ini adalah :

1. membentuk mpm;
2. membentuk dpt;
4. membentuk kpu;
5. membuat dan mengesahkan ad/art.

Setelah itu tugas selanjutnya adalah mengkader point 1, 2 dan 3 
yang nantinya akan mengawali jalannya pemerintahan mahasiswa dengan mengadakan pemilihan PRESMA yang di adakan KPU dan setelah terpilih nanti PRESMA terpilih lantik oleh MPM (red. Bukan Rektor)

Lalu siapa MPMS itu sendiri,?
ada dua pilihan menurut saya
a. Para senior universitas yang peduli akan generasi organisasi kampus;
b. Adalah orang tua kita di kampus yang peduli akan pendidikan organisasi bagi anak-anak nya.

Tidak usah bicarakan kepentingan ini itu, kepentingan ini itu silakan di angkat lagi setelah teta pemerintahan bagus.
Jangan memasak air di bejana yang kotor bila inginkan kualitas air bagus. Bila perlu ganti bejana tersebut dengan yang lebih baik agar air yg dimasakpun berkualitas.

Rabu, 16 Januari 2013

UJIAN JANGAN PAKE METODE MENGHAPAL


Ada tiga tahap persekolahan yang katanya harus dilalui setiap manusia di Indonesia, yakni SD, SMP dan SMA. Wajib belajar 12 tahun dalam bahasa sehari harinya. Semua institusi pendidikan tersebut untuk menyeleksi peserta didik serta sebagai indikator terhadap kelulusan dan naik kelas pasti selalu melalui mekanisme yang namanya ujian. institusi pendidikan tersebut dalam melaksanakan ujian tertulis pasti lebih mengedepankan yang namanya konsep menghapal pelajaran, apalagi tipikal gurunya yang CBSH (catat buku sampai habis). Biasanya guru seperti ini adalah guru warisan orde baru yang berhasil menjadi tenaga pendidik dengan segepok uang dan segenggam nepotisme,hah katanya sebagai pencerdas kehidupan berbangsa, namun esensinya malah sebaliknya.

Bahkan setelah mengecap yang namanya bangku perkuliahan terkadang, bahkan sering masih diperhadapkan kepada metode ujian yang mengutamakan metode menghapal, kurikulum pendidikan kebanyakan menawarkan materi ujian yang mengutamakan menghapal, dan bukan memahami atau menganalisis, tentu saja hal tersebut memaksa banyak peserta ujian untuk mencontek coba kalau soal ujiannya memahami serta analisis pasti budaya mencontek akan berkurang dan budaya diskusi semakin menanjak Jika ingat waktu dulu maka saya termasuk orang yang sedikit sulit menghafal yang namanya pelajaran apalagi yang ilmu alam , bisa jadi karena tingkat konsentrasi yang rendah atau  rasa malas yang berlebihan  atau mungkin karena memang menghafal adalah pekerjaan yang membosankan menurut saya setelah menunggu, apalagi menunggu diterima cintanya (hehehe).

Faktanya menghapal merupakan cara yang sangat susah untuk mengkoleksi informasi yang ada, selain memeras otak, menghapal dalam prosesnya tidak melatih kinerja otak untuk memecahkan persoalan yang ada.

Sama seperti ketika  ujian berlangsung, dengan ujian yang membutuhkan jawaban dari hasil hapalan dapat menjadi boomerang bagi si peserta ujian, apalagi soal ujiannya menuntut suatu jawaban dengan urutan yang mesti sesuai, bisa saja tiba tiba otak blank terkait yang di hapal pada malam hari sebelum ujian. Jika kejadian tersebut terjadi tentu saja akan muncul ‘kreatifitas’ baru dari peserta ujian.

Nah ketika ujian telah selesai maka banyak informasi yang disimpan di dalam otak justru akan hilang dengan cepat seiring dengan hadirnya perasaan lega setelah ujian selesai dilalui, hal ini dapat di buktikan dengan menanyakan kembali jawaban ujian pada hari besok setelah ujian, kebanyakan kita akan mendapat jawaban lupa.

Sudah seharusnya para tenaga pendidik lebih kreatif dalam memberikan soal ujian kepada peserta didiknya, metode pemahaman dan analis merupakan suatu inovasi dalam pelaksanaan  ujian. Dalam ujian hendaknya diperbolehkan berdiskusi dan membaca buku, kemudian soal yang dihadirkan adalah contoh kasus yang harus dianalisis berdasarkan data dari buku maupun hasil diskusi, yakinlah jawaban setiap peserta ujian pasti tidak akan pernah sama secara keseluruhan, tenaga pendidik sepertinya harus menilai peserta didik dari penyampaian informasi dan pemahaman saat ujian.

Dengan metode seperti ini tenaga pendidik juga akan lebih berpikir luas dalam mencari ide untuk menghadirkan soal yang menantang berpikir peserta didiknya, soal seperti “sebutkan ciri ciri x berdasarkan pendapat y” hanya akan membuat tenaga pendidik malas dalam berpikir dan berinovasi, dan berujung kepada meningkatnya budaya mencontek diantara peserta didik.

UNTUK APA KULIAH?


Menurut saya, kuliah tidak hanya untuk mencari ijazah saja. Tidak hanya untuk mendapatkan title sarjana, memakai toga dengan gelar yang sedemikian rupa dan asumsi mudah mendapatkan kerja. Kuliah juga bukan hanya proses pembelajaran formal yang wajib diikuti oleh seluruh individu, karena pada kenyataannya tidak semua orang sukses bertitle sarjana. Beberapa diantaranya hanya tamatan SMA, bahkan lebih rendah, namun mereka pandai mengatur strategi untuk bisa mengembangkan usahanya yang tentunya disertai tekad, kerja keras dan doa yang kuat.

Kuliah. Sebagian orang menganggapnya kuliah adalah hal yang percuma. “Alah, wong S1 saja banyak yang nganggur, kuliah nggak kuliah sama saja, belajar kan bisa dari mana aja.”. Ada lagi yang mengatakan, bahwa kuliah itu Cuma formalitas saja, bahkan penjurusan yang bersifat “umum” dan tidak spesifik hanyalah kamuflase saja. Bayangkan, pada kenyataannya, lulusan ini bekerja disitu, lulusan itu malah bekerja disini. Begitu misalnya, katanya.

Pelajaran memang bisa didapatkan darimana saja, namun bagi orang yang menghargai waktu, mencintai dirinya sendiri dan berfikir maju, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Setidaknya, dengan stereotype sebagian orang yang seperti itu terhadap pendidikan di bangku kuliah, kita bisa mematahkannya, yaitu dengan menjadi mahasiswa teladan. Mahasiswa yang tidak hanya kuliah-pulang-sesekali disambi bermain. Di samping kuliah, kita bisa mengadopsi aktivitas-aktivitas lain seperti membaca buku di perpustakaan, bergabung ke komunitas yang bidangnya sesuai dengan minat kita, atau sambil bekerja freelance yang sesuai dengan bidang kita untuk memantapkan karir kita selanjutnya. Hal-hal tersebut menurut saya adalah pilihan dari orang-orang yang mencintai ilmu dan suka belajar.

Semuanya memang kembali kepada diri kita sendiri. Yang penting, ada konsep untuk maju. Ada pola pikir untuk menjadi pribadi yang lebih baik agar bisa memberikan kontribusi untuk kehidupan di sekitar kita, khususnya kepada masyarakat. Pengabdian kita untuk kemajuan masyarakat sangatlah diperlukan mengingat kehidupan tak pernah jauh dari dilemma dan konflik yang merujuk pada labilnya kondisi di berbagai bidang. Intinya, masa depan masih membutuhkan orang-orang hebat, ya, kalau bukan kita, siapa lagi penerusnya.
Kuliah dan tidak kuliah, jangan pernah menyamakan itu. Memang terkadang ada orang yang kuliahnya terkesan “nyeleneh” atau asal-asalan. Namun, jangan pukul rata atas semua itu. Orang yang betul-betul kuliah, betul-betul terlibat dalam atmosfir perkuliahan dan belajar dengan total di dalamnya, tidak bisa disamakan dengan mahasiswa yang belajarnya hanya datang, duduk dan diam di kelas kemudian pulang. Apalagi jika disamakan dengan orang yang tidak kuliah. Namun bukan berarti juga orang yang tidak kuliah lebih buruk, tidak juga. Semuanya tergantung pembawaan diri masing-masin individu dan bagaimana kondisi lingkungan di sekitar mereka.

Lantas, apa yang sebenarnya menjadi pembeda? Jawabannya adalah pola pikir. Setidaknya, kuliah itu dapat mematangkan pola pikir. Dalam perkuliahan, kita dituntut untuk cepat dan sigap dalam mengambil keputusan. Kita dijejali begitu banyak tugas dengan deadline yang ditentukan, hal ini juga berpengaruh terhadap perkembangan individu dalam manajemen waktu. Setidaknya, dengan terbiasa dengan hal-hal seperti itu, kita terlatih untuk bijak dalam memutuskan sesuatu dan dapat menganalisanya terlebih dahulu. Karena dengan banyaknya pengalaman yang didapat saat kuliah, kepekaan kita akan terlatih. Semakin banyak pengalaman, maka semakin peka. Dengan kepekaan itu, kita bisa menyadari konsekuensi apa saja dari keputusan yang akan diambil dan bisa menimbangnya dengan baik sesuai maksud dan tujuan.

Saya selalu ingat kata-kata dosen saya, “Seorang sarjana, walaupun ia pada akhirnya hanya menjadi Ibu Rumah Tangga saja, pasti dia akan beda. Beda dalam mendidik anak-anaknya. Jadi, kuliah itu tidak ada yang sia-sia.”. Kata-kata itu terus terpikir dalam benak saya. Itu bagi perempuan, dan bagi laki-laki, bekerja adalah sebuah keharusan. Maka, semakin banyak pengalaman, semakin luas relasi yang didapat semenjak perkuliahan, maka semakin peka dan semakin bijaklah kita.

Jadi, apapun masa depan kita, tergantung pada kredibilitas yang kita tentukan dari sekarang. Kuliah dan tetap semangat my friends!

PENDIDIKAN FORMAL VS PENDIDIKAN NON FORMAL


Pendidikan, siapa yang tidak mengenyam sebuah pendidikan. Pendidikan bisa kita dapat diberbagai tempat. Pendidikan bisa kita dapat melalui pendidikan formal atau informal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang didapat dari pendidikan yang bersifat tidak resmi, seperti pendidikan alam dan pendidikan lain diluar pendidikan disuatu lembaga sekolah.

Sedangkan pendidikan formal, yaitu pendidikan yang biasa kita lihat di sekitar kita seperti pendidikan yang kita peroleh di sekolah dasar hingga perguruan tinggia. Pendidikan formal cenderung mengarah dan terpaku kepada kurikulum yang ada dan cenderung mengikuti dari suatu sistem tertentu. Pendidikan formal lah yang diakui oleh pemerintah di Indonesia yang disertifikasi serta berijasah sebagai tanda kelulusan. Pendidikan formal yang memadukan pelajaran konstektual dan praktek yang mengharapkan siswa dapat belajar secara teori dan praktek.

Pelajaran formal dengan karakteristik belajar dikelas dan terpusat oleh guru atau dosen sebagai pembimbing dan pengajar dalam pembelajaran formal. Terdapat suatu reward dalam pendidikan formal yaitu nilai atau angka tertentu yang mensimbolkan bahwa siswa tersebut disebut pandai atau memiliki suatu kelebihan.

Selanjutnya, adalah pendidikan informal. Pendidikan ini sangat jarang kita temui di Indonesia, entah sebab apa pendidikan informal cenderung tidak diminati. Apakah karena kurangnya sosialisasi pendidikan informal atau memang kurangnya pendidikan informal di Indomesia. Sebagai contoh, terpadat suatu sekolah alam yang bersifat tidak formal. Pendidikan ini berciri khas karena menggunakan konsep alam. Tempat belajarnya pun bukan di kelas ruangan melainkan di alam yang terbuka dan pelajarannya pun tidak teks book melainkan sebuah ketrampilan-ketrampilan yang dibekali dari tentor yang sudah mahir dengan alam.

Selain ketrampilan yang diajarkan juga tedapat pendidikan yang bersifat etika dan tata krama guna memndidik para siswa agar dapat bersopan santun terhadap masyarakat disekelilingnya. Kemudian, pendidikan informal yang lainnya terkadang tidak kita sadari, tapi sebenarnya pendidikan informal kita dapatkan setiap saat. Misalkan pendidikan keluarga, tentunya kita semua punya keluarga dan disetiap keluarga pasti kita pernah dapat suatu nasehat dari orang tua kita atau dari sanak keluarga kita yang lain.

Hal itu lah yang juga bisa dimasukan dalam pendidikan informal. Pendidikan keluarga, sangat lah penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dikarenakan sebelum seseorang terjun ke dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang terlebih dahulu pasti dapat pendidikan keluarga dan jika di dalam keluarga kita dapat pendidikan yang baik dan terarah seperti pendidikan mengenai akhlaq, etika, cara bertutur kata dan pendidikan yang lainnya yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap kebiasaan.

Jika seseorang sudah terbiasa melakukan sesuatunya dengan terbiasa, masa dia akan selalu melakukan sesuatu hal juga dengan seperti apa yang dia biasa lakukan. Atas dasar itu lah pendidikan keluarga sangat diperlukan. Karena jika seseorang telah sukses di dalam keluarganya, bukan tidak mungkin jika seseorang terjun ke dunia masyarakat yang lebih luas dari keluarga, maka masyarakat tersebut akan baik pula tergantung bagaimana keluarga mendidiknya.

Itu lah pelajaran mengenai pendidikan formal dan informal, yang kedua-duanya sebenarnya saling melengkapi dan dapat saling bermanfaat. Kata kunci yang paling penting adalah pendidikan sangat lah diperlukan bagi seseorang agar seseorang dapat berperilaku baik, cerdas, beretika baik di kehidupan bermasyarakat. Jika semua orang di sebuah lingkungan masyarakat memiliki pendidikan yang baik, maka bisa dipastikan di lingkungan tersebut masyarakatnya bisa tentram, damai dan nyaman hanya karena satu hal yaitu pendidikan.

Hal ini harus perlu dibina dan diterapkan disetiap keluarga, karena keluarga merupakan unsur terkecil dalam sebuah masyarakat. Dari hal kecil ini lah pendidikan bisa tumbuh perkembang menjadi besar. Jika dari hal kecil ini bisa dibina dengan baik, maka hal kecil yang tumbuh menjadi besar dapat menjadi baik bula. Tergantung dari bibit yang kita tanam dari awal.

APA ITU ANDRAGOGI?


Kamu anak SD? Bukan, Kamu anak SMP? Bukan, Kamu anak SMA? Bukan, terus apa dong? Mahasiswa dong. Kalo Mahasiswa kenapa masih mengandalkan pelajaran di sekolah, kalo gitu sama aja dong kayak anak Sekolahan -_-“
Yap, kalo temen-temen ngaku anak kuliahan atau mahasiswa sebaiknya menghilangkan beberapa kebiasaan ala anak sekolahan. Anak sekolahan mengerjakan PR, bergantung pada gurunya dan tidak berkembang. Sedangkan kita–kita adalah anak kuliah yang akan berkembang jika kita mencari kalo cuma duduk manis nunggu apa yang dikasih dosen itu tidak akan berkembang. Mahasiswa lebih menganut pembelajaran Andragogi, yang akan kita bahas di artikel ini.
Andragogi adalah ilmu atau seni yang membantu orang dewasa belajar. Andragogi adalah kelanjutan dari Paedagogi yang banyak memberikan tanggung jawab segala keputusan tentang pembelajaran kepada gurunya dan meletakan murid sebagai dalam satu peranan yang terikat.
Malcolm Knowles dalam bukunya The ModernPractice for Adult Education menekankan bahwa dasar Andargogi setidaknya ada empat asumsi yaitu; Konsep kemandirian mengatur diri; pengalaman orang dewasa adalah khazanah; kesiapan untuk belajar bergantung pada kebutuhan; dan orientasi pada belajar adalah berpusat pada kehidupan atau masalah.
Lebih rincinya berikut ini:
1. Mandiri (Self Dirrecting)
Mahasiswa seyogyanya dilibatkan dalam proses perencanaan pembelajaran karena dosen hanya berperan sebagai pemandu atau sumber materi. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab bersama antara mahasiswa dan dosen karena dosen menjadi sumber dan katalisator.
2. Banyak dan beragam pengalaman
Keaneka ragaman pengalaman mahasiswa memiliki tiga implikasi:
a. Teknik – teknik partisipatoris yang eksperensial seyogyanya digunakan agar dapat membuka pengalaman – pengalaman mahasiswa
b. Provision seyogyanya dibuat untuk mahasiswa untuk merencanakan bagaimana mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan nyata
c. Kegiatan – kegiatan seyogyanya bergabung menjadi satu dan mendorong mahasiswa untuk memperhatikan pengalaman – pengalaman secara objektif dan belajar bagaimana belajar yang sesungguhnya itu dari mereka
3. Siap untuk belajar
Kurikulum diorganisir agar mempertemukan keperdulian kehidupan nyata individu, daripada hanya memenuhi satu tuntutan untuk mensponsori lembaga semata. Konsep kesiapan yang bersifat berkembang seyogyanya dipandang dalam pengelompokan mahasiswa. Bagi sejumlah konsep belajar, kelompok homogen lebih efektif, dan bagi bentuk lain belajar, kelompok heterogen lebih efektif.
4. Berpusat pada kinerja (performance)
Sejumlah implikasi muncul dari pernyataan ini:
a. Dosen mutlak menyesuaikan diri dengan kebutuhan individual dan mengembangkan pengalaman belajar yang relevan dengan kebutuhan


b. Mengorganisir kegiatan belajar mahasiswa yang sesuai dengan konteks wilayah – wilayah masalah, bukan hanya materi mata kuliah
c. Sedini mungkin dalam sesi pembelajaran mahasiswa, harus ada satu proses latihan dimana mahasiswa berkesempatan mengidentifikasi persoalan – persoalan tertentu yang dapat mereka pecahkan dengan lebih memadai.
Jika pertanyaannya adalah mengapa harus menggunakan Andragogi?
Karena mahasiswa bukan lagi siswa yang harus digiring kesana kemari dalam pencarian ilmu, kalau kita sebagai mahasiswa masih saja mengikuti apa yang dikatakan dosen dan tidak mengkritisi ketika dosen “mencekoki” kita dengan berbagai hal – hal baru. Apa bedanya kita dengan anak TK atau anak SD?
Kita sebagai mahasiswa memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang seluas – luasnya, bahkan saya pernah dengar di beberapa perguruan tinggi dosen hanya datang, presensi dan keluar lagi setelah menanyakan tugas atau pertanyaan tentang mata kuliahnya. Hal ini sah saja saya rasa, karena memang dosen seharusnya tidak terlalu banyak mengoceh hal – hal yang tidak jelas. Ambilah contoh seorang dosen yang lebih sering menceritakan pengalaman pribadinya ketimbang materi. Saya rasa lebih baik ia menggunakan metode datang – presensi – pulang begitu saja daripada celotehannya tidak bermafaat.
Namun adapula mahasiswa yang selau menjadi “buntut” para dosen, mahasiswa yang seperti itu tak ada bedanya dengan anak SD saja.
Ya setidaknya ketika sesuatu tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, mahasiswa dan dosen sama – sama saling memperbaiki demi kebaikan bersama. Toh tidak ada salahnya ketika dosenpun belajar dari mahasiswanya. Karena pembelajaran Andragogi menekankan pada kemandirian dan share, dan prinsip Long Life Education harus terus digenggam. Sehingga pendidikan di Indonesia akan semakin menuju kearah yang positif dan dapat dibanggakan

Sabtu, 06 Oktober 2012

MAKALAH OBLIGASI


1. Pengertian
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh penerbit obligasi dari pemberi pinjaman (Pemodal).
Obligasi sendiri adalah bagian dari pada efak. Efek adalah suatu surat berharga, yang dapat berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Bila di lihat secara luas maka penjelasan apa itu obligasi adalah sebagai berikut :  Obligasi adalah kontrak keuangan. Penerbit obligasi, seperti perusahaan, akan membayar bunga kepada pembeli obigasi secara periodik. Kemudian, pada akhir waktu tertentu, penerbit obligasi membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. Sebaliknya, pemegang obligasi memberikan sejumlah uang kepada perusahaan saat ini. Obligasi biasanya dijual di pasar obligasi dan memiliki harga pasar yang dapat berubah setiap saat.
Obligasi adalah satu sekuritas yang berdasarkan pada IOU dari penerbitnya. Obligasi ini tidak menawarkan hak istimewa kepada pemilik perusahaan. Contohnya, 10 tahun obligasi AT & T memberikan hak untuk menerima pembayaran kupon atau bunga secara periodik dan pokok atau face value pada saat jatuh tempo. Pemegang obligasi tidak memiliki suara dalam pengambilan keputusan di perusahaan. Banyak obligasi adalah Fixed-Rate Bond atau sekuritas yang berpendapatan tetap karena perjanjian pembayarannya berbentuk kontraktual dan tetap sepanjang waktu. Bagaimana pun beberapa obligasi membayar dalam bentuk variabel income dan mengacu pada Floating-Rate Bond. Jangka waktu obligasi tidak terlalu lama dan tidak terdapat risiko kebangkrutan, secara umum risiko dari obligasi itu tergolong rendah dengan return yang rendah pula. Biasanya obligasi kurang liquid daripada saham dan umumnya relatif tinggi cashflow secara periodik (untuk membayar bunga kepada pemegang obligasi)
2. Karakteristik Obligasi
1. Nilai obligasi (jumlah dana yang dipinjam)
Dalam penerbitan obligasi, maka perusahaan akan dengan jelas menyatakan jumlah dana yang dibutuhkan yang dikenal dengan istilah “jumlah emisi obligasi”. Penentuan besar kecilnya jumlah penerbitan obligasi berdasarkan aliran arus kas perusahaan, Kebutuhan, serta kinerja bisnis perusahaan.
2. Jangka waktu obligasi
Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau berakhirnya masa pinjaman (maturity). Secara umum masa jatuh tempo obligasi adalah 5 tahun. Ada yang 1 tahun, adapula yang 10 tahun. Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati oleh investor, karena dianggap risikonya kecil.
3. Principal dan Coupon rate
Nilai prinsipal obligasi adalah sejumlah uang yang disetujui oleh penerbit obligasi agar dibayarkan kepada pemegang obligasi pada masa jatuh tempo. Jumlah ini biasa berhubungan dengan redemption value, maturity value, par value or face value. Coupon rate juga disebut nominal rate, adalah tingkat bunga yang disetujui penerbit untuk dibayar kepada pemegang obligasi setiap tahun. Besarnya pembayaran bunga setiap tahun kepada pemilik obigasi selama jangka waktu obligasi dinamakan coupon. Tingkat persentase coupon dikali nilai prinsipal obligasi menghasilkan besarnya coupon. Contohnya, obligasi dengan 8% coupon rate dan nilai par nya adalah $1,000 akan membayar bunga per tahun sebesar $80.
4. Jadwal pembayaran
Kewajiban pembayaran kupon obligasi oleh perusahaan penerbit, dilakukan secara berkala sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, bisa dilakukan triwulan, semesteran, atau tahunan.
5. Diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah.
3. Jenis-jenis obligasi
Dari Sisi Penerbit
1.      Corporate bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan;
2.      Government bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat;
3.      Municipal bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Pemda.
Sistem Pembayaran
1.      Zero coupon bond, yaitu obligasi yang tidak mewajibkan penerbitnya membayar coupon (bunga) kepada pemegangnya.
2.      Coupon bond (fixed coupun bond & Floating coupon bond), yaitu obligasi yang mewajibkan penerbit untuk membayar coupon (bunga) baik tetap (fixed coupon bond) maupun bunga mengambang (floating coupon bond)
Dari Sisi Hak Penukar
1.      Convertible bond , yaitu obligasi yang dapat ditukar dengan saham penerbitnya (ditukar saham emiten)
2.      Exchangable bond , yaitu obligasi yang dapat ditukar dengan saham afiliasi milik penerbit/ emiten
3.      Callable bond , yaitu obligasi yang memberi hak kepada penerbitnya untuk melakukan penarikan/pelunasan pada waktu tertentu (waktu penarikan biasanya sudah diatur dalam perjanjian waktu penerbitan obligasi)
4.      Putable bond , yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemilik/pemegang untuk menukarkan/meminta pelunasan kepada penerbit/emiten.
Dari Sisi Jaminan
1.      Secure bond , yaitu obligasi yang dijamin pelunasannya dengan assets tertentu.
2.      Guaranteed bond , jika penjaminnya adalah pihak III
3.      Mortgage bond , jika dijamin dengan real properties (gedung)
4.      Collateral trust bond, jika dijamin dengan surat berharga (sekuritas, receivables) Unsecured bond (Debentures), yaitu obligasi yang tidak dijamin oleh assets tertentu.
4. Manfaat Obligasi  dan Risiko Obligasi
A. Manfaat Obligasi
Setelah kita mengenal apa itu obligasi dan bagaimana karakteristiknya, kita kemudian perlu mengetahui apa saja keuntungan dan risiko berinvestasi pada obligasi sebelum kita memutuskan untuk berinvestasi pada obligasi. Sebagai sebuah instrumen investasi, obligasi menawarkan beberapa keuntungan menarik antara lain:
1.                  Memberikan pendapatan tetap (fixed income) berupa kupon.
Hal ini merupakan ciri utama obligasi, dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pendapatan bunga secara rutin selama waktu berlakunya obligasi. Bunga yang ditawarkan obligasi, umumnya lebih tinggi daripada bunga yang diberikan deposito atau SBI.
2.                  Keuntungan atas penjualan obligasi (capital gain).
Disampingpenghasilan berupa kupon, pemegang obligasi dapat memperjualbelikan obligasi yang dimilikinya. Jika ia menjual lebih tinggi dibandingkan dengan harga belinya maka tentu saja pemegang obligasi tersebut mendapatkan selisih yang disebut dengan capital gain. Jual beli obligasi tersebut dapat dilakukan di pasar sekunder melalui para dealer atau pialang obligasi. Jual beli obligasi berbeda dengan jual beli saham. Jika jual beli saham dinyatakan dengan nilai rupah, misalnya saham A dijual seharga Rp 4.000 per lembar saham maka jual beli obligasi dinyatakan dalam bentuk persentase atas harga pokok obligasi.
B. Risiko Obligsi
Meskipun termasuk surat berharga dengan tingkat risiko yang relative rendah, namun obligasi tetap mangandung beberapa risiko diantaranya sebagai berikut :
1.                   Interest-Rate Risk
Harga dari sebuah obligasi akan berubah pada arah yang berlawanan dari perubahan tingkat bunga. Jika tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun. Begitu pula sebaliknya, jika suku bunga turun maka harga obligasi akan naik. Jika seorang investor harus menjual obligasi sebelum jatuh tempo, peningkatan tingkat suku bunga bermakna bahwa investor akan mengalami capital loss (missal investor menjual obligasi dibawah harga beli). Risiko jenis ini dikenal dengan interest-rate risk atau market risk. Risiko ini merupakan risiko yang pada umumnya dialami oleh investor pada pasar obligasi.
2.                   Reinvestment Risk
Variabilitas pada tingkat reinvestment akibat adanya perubahan pada tingkat bunga pasar dinamakan reinvestment risk.
3.                   Call Risk
Sebagian perusahaan menetapkan untuk menarik atau membeli obligasi yang diterbitkannya pada harga dan waktu tertentu. Hal ini menyebabkan investor akan mengalami call risk dimana pada tanggal tertentu perusahaan penerbit obligasi akan menarik kembali obligasinya.
4.                   Default Risk
Default Risk juga berkaitan dengan risiko gagal bayar, artinya risiko penerbit obligasi yang mengalami kebangkrutan. Akibat adanya risiko ini, obligasi yang memiliki Default Risk dalam perdagangan di pasar obligasi mempunyai harga yang rendah dibandingkan dengan U.S Treaasury securities. Dilain pihak, obligasi ini dalam perdagangan di pasar obligasi memiliki yield yang lebih besar dari treasury bond.
5.                   Inflation Risk
Peningkatan Inflation risk atau purchasing power risk disebabkan oleh bervariasinya nilai aliran kas yang diterima oleh investor akibat dampak adanya security due inflasi. Contohnya jika investor membeli obligasi pada coupon rate sebesar 7%, tetapi tingkat inflasi adalah 8%, maka purchasing power aliran kas secara nyata akan dikurangi.
6.                   Exchange-Rate Risk
Obigasi yang diperdagangkan denominasi valuta asing, memiliki nilai yang tidak dapat diketahui dengan pasti. Nilai obligasi dalam mata uang acto baru dapat diketahui ketika pembayaran kupon atau nilai pokok pinjaman terjadi.
7. Liquidity Risk Liquidity atau marketable risk
bergantung pada kemudahan suatu obligasi untuk dijual kembali sebesar nilai obligasinya.
8. Volatility Risk
Harga suatu jenis obligasi tertentu bergantung pada tingkat suku bunga dan actor-faktor lainnya yang mempengaruhi nilai obligasi tersebut. Perubahan pada actor-faktor tersebut berpengaruh pada harga obligasi. Risiko jenis ini dikenal dengan volatility risk

5. Penerbitan Obligasi
Penerbit obligasi sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat menerbitkan obligasi, namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali. Penggolongan penerbit obligasi biasanya terdiri atas :
Lembaga supranasional, seperti misalnya Bank Investasi Eropa (European Investment Bank) atau Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank).
Pemerintah suatu negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata uang negaranya maupun Obligasi pemerintah dalam denominasi valuta asing yang biasa disebut dengan obligasi internasionalsovereign bond). (
Sub-sovereign, propinsi, negara atau otoritas daerah . Di Amerika dikenal sebagai Obligasi daerahIndonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara (SUN)[1] (municipal bond). Di
Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bonds, atau agencies.
Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta.
Special purpose vehicles adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu tujuan khusus guna menguasai aset tertentu yang ditujukan guna penerbitan suatu obligasi yang biasa disebt Efek Beragun Aset.
6. Tahap membeli obligasi
Untuk melakukan investasi obligasi terdapat beberapa tahap yang perlu dilalui supaya tujuan investasi dalam obligasi memberikan hasil yang maksimal dan sesuai dengan rencana. Tahap tersebut dapat dilihat dalam diagram dalam tulisan ini.
A.    Membuka Rekening
Tahap awal yang harus dilakukan dalam proses transaksi obligasi adalah memilih perusahaan sekuriats yang memiliki divisi fixed income yang menangani pembelian dan penjualan obligasi. Pilih perusahaan dengan pengalaman, tim yang solid baik trader/ dealer ataupun riset serta fee yang kompetitif.
Dengan membuka rekening, Anda bisa mendapatkan informasi perkembangan dan perdagangan obligasi setiap saat, sehingga Anda mendapatkan pengetahuan pergerakan pasar obligasi secara akurat dan up to date.
B.     Pahami Produk Obligasi
Pada tahap ini, investor dianjurkan untuk mempelajari seluk beluk informasi yang dibutuhkan mengenai obligasi, baik mengenai investasinya sendiri, potensi risiko yang terkandung maupun potensi keuntungannya. Hal ini dapat diperoleh dengan mempelajarinya secara mandiri, bertanya kepada bagian riset perusahaan sekuritas, di mana Anda membuka rekening atau melalui internet.
Dengan mempelajari instrumen obligasi secra lengkap, diharapkan investor mengenal investasi tersebut dengan baik, sehingga mempermudah pengambilan keputusan investasi. Mempelajari instrumen, di mana Anda ingin menempatkan investasi, akan memberikan manfaat maksimal dalam mencapai rencana yang diinginkan.
C.    Lakukan Analisis
Analisis dilakukan, agar keputusan yang diambil sesuai dengan apa yang diinginkan, yaitu kestabilan pendapatan. Aspek-aspek yang dibutuhkan seperti kupon, jangka waktu, nilai penerbitan dan peringkat. Latar belankang serta profil penerbit juga menjadi pertimbangan sendiri. Dengan informasi yang lengkap, diharapkan keputusan yang diambil tidak menimbulkan kerugian yang cukup besar. Dianjurkan untuk membanding antara obligasi sejenis.
D.    Memberikan Amanat Beli
Setelah melalui analisis, Anda memperoleh jenis obligasi yang ingin dibeli. Tahap selanjutnya adalah memberikan amanat pembelian kepada trader atau broker obligasi yang telah kita pilih. Pihak trader akan melakukan pembelian obligasi sesuai dengan jenis serta harga yang diinginkan. Misalkan, pembeli akan melakukan pembelian obligasi ASII (Astra International) tahun 2002 dengan harga 105 atau harga premium. Biasanya nilai pari atau nominal adalah sebesar Rp 100.
E.     Siapkan Dana
Membeli obligasai membutuhkan dana yang tidak sedikit. Satuan pembelian obligasi biasanya bernilai Rp 1 miliar, sehingga sulit bagi investor individu untuk dapat ikut berinvestasi dalam obligasi. Namum, ada juga yang menawarkan satuan bernilai Rp 50 juta atau Rp 100 juta.
Setelah amanat pembelian di ajukan, sebaiknya dana tersebut sudah dialokasikan. Jangan sampai Anda dikenakan penalty, karena keterlambatan dalam pembayaran. Selain itu, penempatan dana tunai yang serba mendadak mungkin bisa mengganggu kelancaran aliran arus kas keuangan Anda dan keluarga.
F.     Penyelesaian Pembayaran Obligasi
Pembayaran dana pembelian obligasi dilakukan melalui transfer ke rekening perusahaan sekuritas tersebut. Setelah pembayaran selesai, maka Anda sebagai pembeli tinggal menunggu proses settlement atas transaksi tersebut. Obligasi yang telah Anda beli akan tercantum di dalam rekening perusahaan sekuritas yang tercatat di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia).
Pemindahtanganan hak atas obliasi akan sangat mudah dilakukan secara elektronik, karena saat ini fisik obligasi tidak lagi berupa sertifikat, namun sudah scriptless (tahap warkat).
Administrasi pembukuan akan dilakukan oleh bank custodian perusahaan sekuritas. Untuk hal ini, tentunya bank bersangkutan akan memungut biaya tertentu