Sema FE. Universitas Gunung Leuser
Blog ini adalah blog resmi Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi universitas Gunung Leuser
Rabu, 18 November 2015
Hotel Sartika Kutacane
Pelatihan Di Hotel Sartika
Rabu, 10 Desember 2014
OPINI Revolusi Pendidikan Organisasi Universitas Gunung Leuser Kutacane
Apa tidak lebih baik, tata pemerintahan mahasiswa ugl diperbaiki terlebih dahulu. Serti mpm, dpm, kpu (kipma) dan ad/art dibuat dulu dan baru diadakan pemilihan presiden mahasiswa.
Solusi dari aku sih untuk membentuk dpm, mpm serta kpu harus ditunjuk semacam MPMS (majelis permusyawaratan mahasiswa sementar) yang nantinya akan menjadi "embrio" bagi pemerintahan mahasiswa itu sendiri.
adapun tugas dari MPMS ini adalah :
1. membentuk mpm;
2. membentuk dpt;
4. membentuk kpu;
5. membuat dan mengesahkan ad/art.
Setelah itu tugas selanjutnya adalah mengkader point 1, 2 dan 3
yang nantinya akan mengawali jalannya pemerintahan mahasiswa dengan mengadakan pemilihan PRESMA yang di adakan KPU dan setelah terpilih nanti PRESMA terpilih lantik oleh MPM (red. Bukan Rektor)
Lalu siapa MPMS itu sendiri,?
ada dua pilihan menurut saya
a. Para senior universitas yang peduli akan generasi organisasi kampus;
b. Adalah orang tua kita di kampus yang peduli akan pendidikan organisasi bagi anak-anak nya.
Tidak usah bicarakan kepentingan ini itu, kepentingan ini itu silakan di angkat lagi setelah teta pemerintahan bagus.
Jangan memasak air di bejana yang kotor bila inginkan kualitas air bagus. Bila perlu ganti bejana tersebut dengan yang lebih baik agar air yg dimasakpun berkualitas.
Rabu, 16 Januari 2013
UJIAN JANGAN PAKE METODE MENGHAPAL
Ada
tiga tahap persekolahan yang katanya harus dilalui setiap manusia di Indonesia,
yakni SD, SMP dan SMA. Wajib belajar 12 tahun dalam bahasa sehari harinya.
Semua institusi pendidikan tersebut untuk menyeleksi peserta didik serta
sebagai indikator terhadap kelulusan dan naik kelas pasti selalu melalui
mekanisme yang namanya ujian. institusi pendidikan tersebut dalam melaksanakan
ujian tertulis pasti lebih mengedepankan yang namanya konsep menghapal
pelajaran, apalagi tipikal gurunya yang CBSH (catat buku sampai habis).
Biasanya guru seperti ini adalah guru warisan orde baru yang berhasil menjadi
tenaga pendidik dengan segepok uang dan segenggam nepotisme,hah katanya sebagai
pencerdas kehidupan berbangsa, namun esensinya malah sebaliknya.
Bahkan
setelah mengecap yang namanya bangku perkuliahan terkadang, bahkan sering masih
diperhadapkan kepada metode ujian yang mengutamakan metode menghapal, kurikulum
pendidikan kebanyakan menawarkan materi ujian yang mengutamakan menghapal, dan
bukan memahami atau menganalisis, tentu saja hal tersebut memaksa banyak
peserta ujian untuk mencontek coba kalau soal ujiannya memahami serta analisis
pasti budaya mencontek akan berkurang dan budaya diskusi semakin menanjak Jika
ingat waktu dulu maka saya termasuk orang yang sedikit sulit menghafal yang
namanya pelajaran apalagi yang ilmu alam , bisa jadi karena tingkat konsentrasi
yang rendah atau rasa malas yang
berlebihan atau mungkin karena memang
menghafal adalah pekerjaan yang membosankan menurut saya setelah menunggu,
apalagi menunggu diterima cintanya (hehehe).
Faktanya
menghapal merupakan cara yang sangat susah untuk mengkoleksi informasi yang
ada, selain memeras otak, menghapal dalam prosesnya tidak melatih kinerja otak
untuk memecahkan persoalan yang ada.
Sama
seperti ketika ujian berlangsung, dengan
ujian yang membutuhkan jawaban dari hasil hapalan dapat menjadi boomerang bagi
si peserta ujian, apalagi soal ujiannya menuntut suatu jawaban dengan urutan
yang mesti sesuai, bisa saja tiba tiba otak blank terkait yang di hapal pada
malam hari sebelum ujian. Jika kejadian tersebut terjadi tentu saja akan muncul
‘kreatifitas’ baru dari peserta ujian.
Nah
ketika ujian telah selesai maka banyak informasi yang disimpan di dalam otak
justru akan hilang dengan cepat seiring dengan hadirnya perasaan lega setelah
ujian selesai dilalui, hal ini dapat di buktikan dengan menanyakan kembali
jawaban ujian pada hari besok setelah ujian, kebanyakan kita akan mendapat
jawaban lupa.
Sudah
seharusnya para tenaga pendidik lebih kreatif dalam memberikan soal ujian
kepada peserta didiknya, metode pemahaman dan analis merupakan suatu inovasi
dalam pelaksanaan ujian. Dalam ujian
hendaknya diperbolehkan berdiskusi dan membaca buku, kemudian soal yang
dihadirkan adalah contoh kasus yang harus dianalisis berdasarkan data dari buku
maupun hasil diskusi, yakinlah jawaban setiap peserta ujian pasti tidak akan
pernah sama secara keseluruhan, tenaga pendidik sepertinya harus menilai
peserta didik dari penyampaian informasi dan pemahaman saat ujian.
Dengan
metode seperti ini tenaga pendidik juga akan lebih berpikir luas dalam mencari
ide untuk menghadirkan soal yang menantang berpikir peserta didiknya, soal
seperti “sebutkan ciri ciri x berdasarkan pendapat y” hanya akan membuat tenaga
pendidik malas dalam berpikir dan berinovasi, dan berujung kepada meningkatnya
budaya mencontek diantara peserta didik.
UNTUK APA KULIAH?
Menurut saya, kuliah
tidak hanya untuk mencari ijazah saja. Tidak hanya untuk mendapatkan title
sarjana, memakai toga dengan gelar yang sedemikian rupa dan asumsi mudah
mendapatkan kerja. Kuliah juga bukan hanya proses pembelajaran formal yang
wajib diikuti oleh seluruh individu, karena pada kenyataannya tidak semua orang
sukses bertitle sarjana. Beberapa diantaranya hanya tamatan SMA, bahkan lebih
rendah, namun mereka pandai mengatur strategi untuk bisa mengembangkan usahanya
yang tentunya disertai tekad, kerja keras dan doa yang kuat.
Kuliah. Sebagian orang
menganggapnya kuliah adalah hal yang percuma. “Alah, wong S1 saja banyak yang
nganggur, kuliah nggak kuliah sama saja, belajar kan bisa dari mana aja.”. Ada
lagi yang mengatakan, bahwa kuliah itu Cuma formalitas saja, bahkan penjurusan
yang bersifat “umum” dan tidak spesifik hanyalah kamuflase saja. Bayangkan,
pada kenyataannya, lulusan ini bekerja disitu, lulusan itu malah bekerja
disini. Begitu misalnya, katanya.
Pelajaran memang bisa
didapatkan darimana saja, namun bagi orang yang menghargai waktu, mencintai
dirinya sendiri dan berfikir maju, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk
menuntut ilmu setinggi-tingginya. Setidaknya, dengan stereotype sebagian orang
yang seperti itu terhadap pendidikan di bangku kuliah, kita bisa mematahkannya,
yaitu dengan menjadi mahasiswa teladan. Mahasiswa yang tidak hanya
kuliah-pulang-sesekali disambi bermain. Di samping kuliah, kita bisa mengadopsi
aktivitas-aktivitas lain seperti membaca buku di perpustakaan, bergabung ke
komunitas yang bidangnya sesuai dengan minat kita, atau sambil bekerja
freelance yang sesuai dengan bidang kita untuk memantapkan karir kita
selanjutnya. Hal-hal tersebut menurut saya adalah pilihan dari orang-orang yang
mencintai ilmu dan suka belajar.
Semuanya memang kembali
kepada diri kita sendiri. Yang penting, ada konsep untuk maju. Ada pola pikir
untuk menjadi pribadi yang lebih baik agar bisa memberikan kontribusi untuk
kehidupan di sekitar kita, khususnya kepada masyarakat. Pengabdian kita untuk
kemajuan masyarakat sangatlah diperlukan mengingat kehidupan tak pernah jauh
dari dilemma dan konflik yang merujuk pada labilnya kondisi di berbagai bidang.
Intinya, masa depan masih membutuhkan orang-orang hebat, ya, kalau bukan kita,
siapa lagi penerusnya.
Kuliah dan tidak
kuliah, jangan pernah menyamakan itu. Memang terkadang ada orang yang kuliahnya
terkesan “nyeleneh” atau asal-asalan. Namun, jangan pukul rata atas semua itu.
Orang yang betul-betul kuliah, betul-betul terlibat dalam atmosfir perkuliahan
dan belajar dengan total di dalamnya, tidak bisa disamakan dengan mahasiswa
yang belajarnya hanya datang, duduk dan diam di kelas kemudian pulang. Apalagi
jika disamakan dengan orang yang tidak kuliah. Namun bukan berarti juga orang
yang tidak kuliah lebih buruk, tidak juga. Semuanya tergantung pembawaan diri
masing-masin individu dan bagaimana kondisi lingkungan di sekitar mereka.
Lantas, apa yang
sebenarnya menjadi pembeda? Jawabannya adalah pola pikir. Setidaknya, kuliah
itu dapat mematangkan pola pikir. Dalam perkuliahan, kita dituntut untuk cepat
dan sigap dalam mengambil keputusan. Kita dijejali begitu banyak tugas dengan
deadline yang ditentukan, hal ini juga berpengaruh terhadap perkembangan
individu dalam manajemen waktu. Setidaknya, dengan terbiasa dengan hal-hal
seperti itu, kita terlatih untuk bijak dalam memutuskan sesuatu dan dapat
menganalisanya terlebih dahulu. Karena dengan banyaknya pengalaman yang didapat
saat kuliah, kepekaan kita akan terlatih. Semakin banyak pengalaman, maka
semakin peka. Dengan kepekaan itu, kita bisa menyadari konsekuensi apa saja
dari keputusan yang akan diambil dan bisa menimbangnya dengan baik sesuai
maksud dan tujuan.
Saya selalu ingat
kata-kata dosen saya, “Seorang sarjana, walaupun ia pada akhirnya hanya menjadi
Ibu Rumah Tangga saja, pasti dia akan beda. Beda dalam mendidik anak-anaknya.
Jadi, kuliah itu tidak ada yang sia-sia.”. Kata-kata itu terus terpikir dalam
benak saya. Itu bagi perempuan, dan bagi laki-laki, bekerja adalah sebuah
keharusan. Maka, semakin banyak pengalaman, semakin luas relasi yang didapat
semenjak perkuliahan, maka semakin peka dan semakin bijaklah kita.
Jadi, apapun masa depan
kita, tergantung pada kredibilitas yang kita tentukan dari sekarang. Kuliah dan
tetap semangat my friends!
PENDIDIKAN FORMAL VS PENDIDIKAN NON FORMAL
Pendidikan, siapa yang
tidak mengenyam sebuah pendidikan. Pendidikan bisa kita dapat diberbagai
tempat. Pendidikan bisa kita dapat melalui pendidikan formal atau informal.
Pendidikan informal adalah pendidikan yang didapat dari pendidikan yang
bersifat tidak resmi, seperti pendidikan alam dan pendidikan lain diluar
pendidikan disuatu lembaga sekolah.
Sedangkan pendidikan
formal, yaitu pendidikan yang biasa kita lihat di sekitar kita seperti
pendidikan yang kita peroleh di sekolah dasar hingga perguruan tinggia.
Pendidikan formal cenderung mengarah dan terpaku kepada kurikulum yang ada dan
cenderung mengikuti dari suatu sistem tertentu. Pendidikan formal lah yang
diakui oleh pemerintah di Indonesia yang disertifikasi serta berijasah sebagai
tanda kelulusan. Pendidikan formal yang memadukan pelajaran konstektual dan
praktek yang mengharapkan siswa dapat belajar secara teori dan praktek.
Pelajaran formal dengan
karakteristik belajar dikelas dan terpusat oleh guru atau dosen sebagai
pembimbing dan pengajar dalam pembelajaran formal. Terdapat suatu reward dalam
pendidikan formal yaitu nilai atau angka tertentu yang mensimbolkan bahwa siswa
tersebut disebut pandai atau memiliki suatu kelebihan.
Selanjutnya, adalah
pendidikan informal. Pendidikan ini sangat jarang kita temui di Indonesia,
entah sebab apa pendidikan informal cenderung tidak diminati. Apakah karena
kurangnya sosialisasi pendidikan informal atau memang kurangnya pendidikan
informal di Indomesia. Sebagai contoh, terpadat suatu sekolah alam yang
bersifat tidak formal. Pendidikan ini berciri khas karena menggunakan konsep
alam. Tempat belajarnya pun bukan di kelas ruangan melainkan di alam yang
terbuka dan pelajarannya pun tidak teks book melainkan sebuah ketrampilan-ketrampilan
yang dibekali dari tentor yang sudah mahir dengan alam.
Selain ketrampilan yang
diajarkan juga tedapat pendidikan yang bersifat etika dan tata krama guna
memndidik para siswa agar dapat bersopan santun terhadap masyarakat
disekelilingnya. Kemudian, pendidikan informal yang lainnya terkadang tidak
kita sadari, tapi sebenarnya pendidikan informal kita dapatkan setiap saat.
Misalkan pendidikan keluarga, tentunya kita semua punya keluarga dan disetiap
keluarga pasti kita pernah dapat suatu nasehat dari orang tua kita atau dari
sanak keluarga kita yang lain.
Hal itu lah yang juga
bisa dimasukan dalam pendidikan informal. Pendidikan keluarga, sangat lah
penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dikarenakan sebelum seseorang terjun ke
dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang terlebih dahulu pasti dapat pendidikan
keluarga dan jika di dalam keluarga kita dapat pendidikan yang baik dan terarah
seperti pendidikan mengenai akhlaq, etika, cara bertutur kata dan pendidikan
yang lainnya yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap kebiasaan.
Jika seseorang sudah
terbiasa melakukan sesuatunya dengan terbiasa, masa dia akan selalu melakukan
sesuatu hal juga dengan seperti apa yang dia biasa lakukan. Atas dasar itu lah
pendidikan keluarga sangat diperlukan. Karena jika seseorang telah sukses di
dalam keluarganya, bukan tidak mungkin jika seseorang terjun ke dunia
masyarakat yang lebih luas dari keluarga, maka masyarakat tersebut akan baik
pula tergantung bagaimana keluarga mendidiknya.
Itu lah pelajaran mengenai
pendidikan formal dan informal, yang kedua-duanya sebenarnya saling melengkapi
dan dapat saling bermanfaat. Kata kunci yang paling penting adalah pendidikan
sangat lah diperlukan bagi seseorang agar seseorang dapat berperilaku baik,
cerdas, beretika baik di kehidupan bermasyarakat. Jika semua orang di sebuah
lingkungan masyarakat memiliki pendidikan yang baik, maka bisa dipastikan di
lingkungan tersebut masyarakatnya bisa tentram, damai dan nyaman hanya karena
satu hal yaitu pendidikan.
Hal ini harus perlu
dibina dan diterapkan disetiap keluarga, karena keluarga merupakan unsur
terkecil dalam sebuah masyarakat. Dari hal kecil ini lah pendidikan bisa tumbuh
perkembang menjadi besar. Jika dari hal kecil ini bisa dibina dengan baik, maka
hal kecil yang tumbuh menjadi besar dapat menjadi baik bula. Tergantung dari
bibit yang kita tanam dari awal.
APA ITU ANDRAGOGI?
Kamu
anak SD? Bukan, Kamu anak SMP? Bukan, Kamu anak SMA? Bukan, terus apa dong?
Mahasiswa dong. Kalo Mahasiswa kenapa masih mengandalkan pelajaran di sekolah,
kalo gitu sama aja dong kayak anak Sekolahan -_-“
Yap,
kalo temen-temen ngaku anak kuliahan atau mahasiswa sebaiknya menghilangkan
beberapa kebiasaan ala anak sekolahan. Anak sekolahan mengerjakan PR,
bergantung pada gurunya dan tidak berkembang. Sedangkan kita–kita adalah anak
kuliah yang akan berkembang jika kita mencari kalo cuma duduk manis nunggu apa
yang dikasih dosen itu tidak akan berkembang. Mahasiswa lebih menganut
pembelajaran Andragogi, yang akan kita bahas di artikel ini.
Andragogi
adalah ilmu atau seni yang membantu orang dewasa belajar. Andragogi adalah
kelanjutan dari Paedagogi yang banyak memberikan tanggung jawab segala
keputusan tentang pembelajaran kepada gurunya dan meletakan murid sebagai dalam
satu peranan yang terikat.
Malcolm
Knowles dalam bukunya The ModernPractice for Adult Education menekankan bahwa dasar
Andargogi setidaknya ada empat asumsi yaitu; Konsep kemandirian mengatur diri;
pengalaman orang dewasa adalah khazanah; kesiapan untuk belajar bergantung pada
kebutuhan; dan orientasi pada belajar adalah berpusat pada kehidupan atau
masalah.
Lebih
rincinya berikut ini:
1.
Mandiri (Self Dirrecting)
Mahasiswa
seyogyanya dilibatkan dalam proses perencanaan pembelajaran karena dosen hanya
berperan sebagai pemandu atau sumber materi. Proses pembelajaran menjadi
tanggung jawab bersama antara mahasiswa dan dosen karena dosen menjadi sumber
dan katalisator.
2.
Banyak dan beragam pengalaman
Keaneka
ragaman pengalaman mahasiswa memiliki tiga implikasi:
a.
Teknik – teknik partisipatoris yang eksperensial seyogyanya digunakan agar
dapat membuka pengalaman – pengalaman mahasiswa
b.
Provision seyogyanya dibuat untuk mahasiswa untuk merencanakan bagaimana
mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan nyata
c.
Kegiatan – kegiatan seyogyanya bergabung menjadi satu dan mendorong mahasiswa
untuk memperhatikan pengalaman – pengalaman secara objektif dan belajar
bagaimana belajar yang sesungguhnya itu dari mereka
3.
Siap untuk belajar
Kurikulum
diorganisir agar mempertemukan keperdulian kehidupan nyata individu, daripada
hanya memenuhi satu tuntutan untuk mensponsori lembaga semata. Konsep kesiapan
yang bersifat berkembang seyogyanya dipandang dalam pengelompokan mahasiswa.
Bagi sejumlah konsep belajar, kelompok homogen lebih efektif, dan bagi bentuk
lain belajar, kelompok heterogen lebih efektif.
4.
Berpusat pada kinerja (performance)
Sejumlah
implikasi muncul dari pernyataan ini:
a.
Dosen mutlak menyesuaikan diri dengan kebutuhan individual dan mengembangkan
pengalaman belajar yang relevan dengan kebutuhan
b.
Mengorganisir kegiatan belajar mahasiswa yang sesuai dengan konteks wilayah –
wilayah masalah, bukan hanya materi mata kuliah
c.
Sedini mungkin dalam sesi pembelajaran mahasiswa, harus ada satu proses latihan
dimana mahasiswa berkesempatan mengidentifikasi persoalan – persoalan tertentu
yang dapat mereka pecahkan dengan lebih memadai.
Jika
pertanyaannya adalah mengapa harus menggunakan Andragogi?
Karena
mahasiswa bukan lagi siswa yang harus digiring kesana kemari dalam pencarian
ilmu, kalau kita sebagai mahasiswa masih saja mengikuti apa yang dikatakan
dosen dan tidak mengkritisi ketika dosen “mencekoki” kita dengan berbagai hal –
hal baru. Apa bedanya kita dengan anak TK atau anak SD?
Kita
sebagai mahasiswa memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang seluas –
luasnya, bahkan saya pernah dengar di beberapa perguruan tinggi dosen hanya
datang, presensi dan keluar lagi setelah menanyakan tugas atau pertanyaan
tentang mata kuliahnya. Hal ini sah saja saya rasa, karena memang dosen
seharusnya tidak terlalu banyak mengoceh hal – hal yang tidak jelas. Ambilah
contoh seorang dosen yang lebih sering menceritakan pengalaman pribadinya
ketimbang materi. Saya rasa lebih baik ia menggunakan metode datang – presensi
– pulang begitu saja daripada celotehannya tidak bermafaat.
Namun
adapula mahasiswa yang selau menjadi “buntut” para dosen, mahasiswa yang
seperti itu tak ada bedanya dengan anak SD saja.
Ya
setidaknya ketika sesuatu tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, mahasiswa
dan dosen sama – sama saling memperbaiki demi kebaikan bersama. Toh tidak ada
salahnya ketika dosenpun belajar dari mahasiswanya. Karena pembelajaran
Andragogi menekankan pada kemandirian dan share, dan prinsip Long Life
Education harus terus digenggam. Sehingga pendidikan di Indonesia akan semakin
menuju kearah yang positif dan dapat dibanggakan
Sabtu, 06 Oktober 2012
MAKALAH OBLIGASI
1. Pengertian
Obligasi
adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi
kontrak pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh penerbit obligasi
dari pemberi pinjaman (Pemodal).
Obligasi sendiri adalah bagian dari pada
efak. Efek adalah suatu surat berharga, yang dapat berupa surat pengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit
penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap
derivatif dari efek.
Bila di lihat secara luas maka penjelasan
apa itu obligasi adalah sebagai berikut :
Obligasi adalah kontrak
keuangan. Penerbit obligasi, seperti perusahaan, akan membayar bunga kepada
pembeli obigasi secara periodik. Kemudian, pada akhir waktu tertentu, penerbit
obligasi membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. Sebaliknya,
pemegang obligasi memberikan sejumlah uang kepada perusahaan saat ini. Obligasi
biasanya dijual di pasar obligasi dan memiliki harga pasar yang dapat berubah
setiap saat.
Obligasi
adalah satu sekuritas yang berdasarkan pada IOU
dari penerbitnya. Obligasi ini tidak menawarkan hak istimewa kepada pemilik
perusahaan. Contohnya, 10 tahun obligasi AT & T memberikan hak untuk
menerima pembayaran kupon atau bunga secara periodik dan pokok atau face value
pada saat jatuh tempo. Pemegang obligasi tidak memiliki suara dalam pengambilan
keputusan di perusahaan. Banyak obligasi adalah Fixed-Rate Bond atau sekuritas
yang berpendapatan tetap karena perjanjian pembayarannya berbentuk kontraktual
dan tetap sepanjang waktu. Bagaimana pun beberapa obligasi membayar dalam
bentuk variabel income dan mengacu pada Floating-Rate Bond. Jangka waktu
obligasi tidak terlalu lama dan tidak terdapat risiko kebangkrutan, secara umum
risiko dari obligasi itu tergolong rendah dengan return yang rendah pula.
Biasanya obligasi kurang liquid daripada saham dan umumnya relatif tinggi
cashflow secara periodik (untuk membayar bunga kepada pemegang obligasi)
2. Karakteristik Obligasi
1. Nilai obligasi
(jumlah dana yang dipinjam)
Dalam penerbitan obligasi, maka
perusahaan akan dengan jelas menyatakan jumlah dana yang dibutuhkan yang
dikenal dengan istilah “jumlah emisi obligasi”. Penentuan besar kecilnya jumlah
penerbitan obligasi berdasarkan aliran arus kas perusahaan, Kebutuhan, serta
kinerja bisnis perusahaan.
2. Jangka waktu
obligasi
Setiap obligasi mempunyai masa jatuh
tempo atau berakhirnya masa pinjaman (maturity). Secara umum masa jatuh tempo
obligasi adalah 5 tahun. Ada yang 1 tahun, adapula yang 10 tahun. Semakin
pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati oleh investor, karena
dianggap risikonya kecil.
3. Principal dan Coupon
rate
Nilai prinsipal obligasi adalah sejumlah
uang yang disetujui oleh penerbit obligasi agar dibayarkan kepada pemegang
obligasi pada masa jatuh tempo. Jumlah ini biasa berhubungan dengan redemption
value, maturity value, par value or face value. Coupon rate juga disebut
nominal rate, adalah tingkat bunga yang disetujui penerbit untuk dibayar kepada
pemegang obligasi setiap tahun. Besarnya pembayaran bunga setiap tahun kepada
pemilik obigasi selama jangka waktu obligasi dinamakan coupon. Tingkat
persentase coupon dikali nilai prinsipal obligasi menghasilkan besarnya coupon.
Contohnya, obligasi dengan 8% coupon rate dan nilai par nya adalah $1,000 akan
membayar bunga per tahun sebesar $80.
4. Jadwal pembayaran
Kewajiban pembayaran kupon obligasi oleh
perusahaan penerbit, dilakukan secara berkala sesuai dengan kesepakatan
sebelumnya, bisa dilakukan triwulan, semesteran, atau tahunan.
5. Diterbitkan oleh
perusahaan atau pemerintah.
3. Jenis-jenis obligasi
Dari
Sisi Penerbit
1. Corporate
bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan;
2. Government
bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat;
3. Municipal
bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Pemda.
Sistem
Pembayaran
1. Zero
coupon bond, yaitu obligasi yang tidak mewajibkan penerbitnya membayar coupon
(bunga) kepada pemegangnya.
2. Coupon
bond (fixed coupun bond & Floating coupon bond), yaitu obligasi yang
mewajibkan penerbit untuk membayar coupon (bunga) baik tetap (fixed coupon bond)
maupun bunga mengambang (floating coupon bond)
Dari
Sisi Hak Penukar
1. Convertible
bond , yaitu obligasi yang dapat ditukar dengan saham penerbitnya (ditukar
saham emiten)
2. Exchangable
bond , yaitu obligasi yang dapat ditukar dengan saham afiliasi milik penerbit/
emiten
3. Callable
bond , yaitu obligasi yang memberi hak kepada penerbitnya untuk melakukan
penarikan/pelunasan pada waktu tertentu (waktu penarikan biasanya sudah diatur
dalam perjanjian waktu penerbitan obligasi)
4. Putable
bond , yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemilik/pemegang untuk
menukarkan/meminta pelunasan kepada penerbit/emiten.
Dari
Sisi Jaminan
1. Secure
bond , yaitu obligasi yang dijamin pelunasannya dengan assets tertentu.
2. Guaranteed
bond , jika penjaminnya adalah pihak III
3. Mortgage
bond , jika dijamin dengan real properties (gedung)
4. Collateral
trust bond, jika dijamin dengan surat berharga (sekuritas, receivables)
Unsecured bond (Debentures), yaitu obligasi yang tidak dijamin oleh assets
tertentu.
4. Manfaat Obligasi dan Risiko Obligasi
A. Manfaat Obligasi
Setelah kita mengenal apa itu obligasi dan bagaimana
karakteristiknya, kita kemudian perlu mengetahui apa saja keuntungan dan risiko
berinvestasi pada obligasi sebelum kita memutuskan untuk berinvestasi pada
obligasi. Sebagai sebuah instrumen investasi, obligasi menawarkan beberapa
keuntungan menarik antara lain:
1.
Memberikan pendapatan tetap (fixed income)
berupa kupon.
Hal
ini merupakan ciri utama obligasi, dimana pemegang obligasi akan mendapatkan
pendapatan bunga secara rutin selama waktu berlakunya obligasi.
Bunga yang
ditawarkan obligasi, umumnya lebih tinggi daripada bunga yang diberikan
deposito atau SBI.
2.
Keuntungan atas penjualan obligasi (capital
gain).
Disampingpenghasilan
berupa kupon, pemegang obligasi dapat memperjualbelikan obligasi yang
dimilikinya. Jika ia menjual lebih tinggi dibandingkan dengan harga belinya
maka tentu saja pemegang obligasi tersebut mendapatkan selisih yang disebut
dengan capital gain. Jual beli obligasi tersebut dapat dilakukan di pasar
sekunder melalui para dealer atau pialang obligasi. Jual beli obligasi berbeda
dengan jual beli saham. Jika jual beli saham dinyatakan dengan nilai rupah,
misalnya saham A dijual seharga Rp 4.000 per lembar saham maka jual beli
obligasi dinyatakan dalam bentuk persentase atas harga pokok obligasi.
B. Risiko
Obligsi
Meskipun termasuk surat berharga dengan
tingkat risiko yang relative rendah, namun obligasi tetap mangandung beberapa
risiko diantaranya sebagai berikut :
1.
Interest-Rate
Risk
Harga dari sebuah obligasi akan berubah
pada arah yang berlawanan dari perubahan tingkat bunga. Jika tingkat suku bunga
naik, maka harga obligasi akan turun. Begitu pula sebaliknya, jika suku bunga
turun maka harga obligasi akan naik. Jika seorang investor harus menjual
obligasi sebelum jatuh tempo, peningkatan tingkat suku bunga bermakna bahwa
investor akan mengalami capital loss (missal investor menjual obligasi dibawah
harga beli). Risiko jenis ini dikenal dengan interest-rate risk atau market
risk. Risiko ini merupakan risiko yang pada umumnya dialami oleh investor pada
pasar obligasi.
2.
Reinvestment
Risk
Variabilitas pada tingkat reinvestment
akibat adanya perubahan pada tingkat bunga pasar dinamakan reinvestment risk.
3.
Call
Risk
Sebagian perusahaan menetapkan untuk
menarik atau membeli obligasi yang diterbitkannya pada harga dan waktu
tertentu. Hal ini menyebabkan investor akan mengalami call risk dimana pada
tanggal tertentu perusahaan penerbit obligasi akan menarik kembali obligasinya.
4.
Default
Risk
Default Risk juga berkaitan dengan
risiko gagal bayar, artinya risiko penerbit obligasi yang mengalami
kebangkrutan. Akibat adanya risiko ini, obligasi yang memiliki Default Risk
dalam perdagangan di pasar obligasi mempunyai harga yang rendah dibandingkan
dengan U.S Treaasury securities. Dilain pihak, obligasi ini dalam perdagangan
di pasar obligasi memiliki yield yang lebih besar dari treasury bond.
5.
Inflation
Risk
Peningkatan Inflation risk atau
purchasing power risk disebabkan oleh bervariasinya nilai aliran kas yang
diterima oleh investor akibat dampak adanya security due inflasi. Contohnya
jika investor membeli obligasi pada coupon rate sebesar 7%, tetapi tingkat
inflasi adalah 8%, maka purchasing power aliran kas secara nyata akan
dikurangi.
6.
Exchange-Rate
Risk
Obigasi yang diperdagangkan denominasi
valuta asing, memiliki nilai yang tidak dapat diketahui dengan pasti. Nilai
obligasi dalam mata uang acto baru dapat diketahui ketika pembayaran kupon atau
nilai pokok pinjaman terjadi.
7.
Liquidity Risk Liquidity atau marketable risk
bergantung pada kemudahan suatu obligasi
untuk dijual kembali sebesar nilai obligasinya.
8.
Volatility Risk
Harga suatu jenis obligasi tertentu
bergantung pada tingkat suku bunga dan actor-faktor lainnya yang mempengaruhi
nilai obligasi tersebut. Perubahan pada actor-faktor tersebut berpengaruh pada
harga obligasi. Risiko jenis ini dikenal dengan volatility risk
5. Penerbitan Obligasi
Penerbit obligasi sangat luas sekali,
hampir setiap badan hukum dapat menerbitkan obligasi, namun peraturan yang
mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali.
Penggolongan penerbit obligasi biasanya terdiri atas :
Lembaga supranasional, seperti misalnya
Bank Investasi Eropa (European Investment Bank) atau Bank Pembangunan Asia
(Asian Development Bank).
Pemerintah suatu negara menerbitkan
obligasi pemerintah dalam mata uang negaranya maupun Obligasi pemerintah dalam
denominasi valuta asing yang biasa disebut dengan obligasi
internasionalsovereign bond). (
Sub-sovereign, propinsi, negara atau
otoritas daerah . Di Amerika dikenal sebagai Obligasi daerahIndonesia dikenal
sebagai Surat Utang Negara (SUN)[1] (municipal bond). Di
Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa
juga disebut agency bonds, atau agencies.
Perusahaan yang menerbitkan obligasi
swasta.
Special purpose vehicles adalah
perusahaan yang didirikan dengan suatu tujuan khusus guna menguasai aset
tertentu yang ditujukan guna penerbitan suatu obligasi yang biasa disebt Efek
Beragun Aset.
6. Tahap membeli obligasi
Untuk melakukan investasi obligasi
terdapat beberapa tahap yang perlu dilalui supaya tujuan investasi dalam
obligasi memberikan hasil yang maksimal dan sesuai dengan rencana. Tahap
tersebut dapat dilihat dalam diagram dalam tulisan ini.
A.
Membuka
Rekening
Tahap awal yang harus dilakukan dalam
proses transaksi obligasi adalah memilih perusahaan sekuriats yang memiliki
divisi fixed income yang menangani pembelian dan penjualan obligasi. Pilih
perusahaan dengan pengalaman, tim yang solid baik trader/ dealer ataupun riset
serta fee yang kompetitif.
Dengan membuka rekening, Anda bisa
mendapatkan informasi perkembangan dan perdagangan obligasi setiap saat,
sehingga Anda mendapatkan pengetahuan pergerakan pasar obligasi secara akurat
dan up to date.
B.
Pahami
Produk Obligasi
Pada tahap ini, investor dianjurkan
untuk mempelajari seluk beluk informasi yang dibutuhkan mengenai obligasi, baik
mengenai investasinya sendiri, potensi risiko yang terkandung maupun potensi
keuntungannya. Hal ini dapat diperoleh dengan mempelajarinya secara mandiri,
bertanya kepada bagian riset perusahaan sekuritas, di mana Anda membuka
rekening atau melalui internet.
Dengan mempelajari instrumen obligasi
secra lengkap, diharapkan investor mengenal investasi tersebut dengan baik,
sehingga mempermudah pengambilan keputusan investasi. Mempelajari instrumen, di
mana Anda ingin menempatkan investasi, akan memberikan manfaat maksimal dalam
mencapai rencana yang diinginkan.
C.
Lakukan
Analisis
Analisis dilakukan, agar keputusan yang
diambil sesuai dengan apa yang diinginkan, yaitu kestabilan pendapatan.
Aspek-aspek yang dibutuhkan seperti kupon, jangka waktu, nilai penerbitan dan
peringkat. Latar belankang serta profil penerbit juga menjadi pertimbangan
sendiri. Dengan informasi yang lengkap, diharapkan keputusan yang diambil tidak
menimbulkan kerugian yang cukup besar. Dianjurkan untuk membanding antara
obligasi sejenis.
D.
Memberikan
Amanat Beli
Setelah melalui analisis, Anda
memperoleh jenis obligasi yang ingin dibeli. Tahap selanjutnya adalah
memberikan amanat pembelian kepada trader atau broker obligasi yang telah kita
pilih. Pihak trader akan melakukan pembelian obligasi sesuai dengan jenis serta
harga yang diinginkan. Misalkan, pembeli akan melakukan pembelian obligasi ASII
(Astra International) tahun 2002 dengan harga 105 atau harga premium. Biasanya
nilai pari atau nominal adalah sebesar Rp 100.
E.
Siapkan
Dana
Membeli obligasai membutuhkan dana yang
tidak sedikit. Satuan pembelian obligasi biasanya bernilai Rp 1 miliar,
sehingga sulit bagi investor individu untuk dapat ikut berinvestasi dalam
obligasi. Namum, ada juga yang menawarkan satuan bernilai Rp 50 juta atau Rp
100 juta.
Setelah amanat pembelian di ajukan,
sebaiknya dana tersebut sudah dialokasikan. Jangan sampai Anda dikenakan
penalty, karena keterlambatan dalam pembayaran. Selain itu, penempatan dana
tunai yang serba mendadak mungkin bisa mengganggu kelancaran aliran arus kas
keuangan Anda dan keluarga.
F.
Penyelesaian
Pembayaran Obligasi
Pembayaran dana pembelian obligasi
dilakukan melalui transfer ke rekening perusahaan sekuritas tersebut. Setelah
pembayaran selesai, maka Anda sebagai pembeli tinggal menunggu proses
settlement atas transaksi tersebut. Obligasi yang telah Anda beli akan
tercantum di dalam rekening perusahaan sekuritas yang tercatat di KSEI
(Kustodian Sentral Efek Indonesia).
Pemindahtanganan hak atas obliasi akan
sangat mudah dilakukan secara elektronik, karena saat ini fisik obligasi tidak
lagi berupa sertifikat, namun sudah scriptless (tahap warkat).
Administrasi pembukuan akan dilakukan
oleh bank custodian perusahaan sekuritas. Untuk hal ini, tentunya bank
bersangkutan akan memungut biaya tertentu
Langganan:
Postingan (Atom)